Memasak Menyenangkan kalau...

Tidak ada komentar
Sejujurnya saya tidak bisa memasak sampai setelah menikah. Tinggal bersama dengan orangtua sampai SMA dan tinggal bersama tante di rumah Bandung, praktis membuat saya tidak menyentuh dapur kecuali memasak kue. Padahal, saya sempat tinggal di kosan selama 8 bulan di awal masa perkuliahan saya. Bahkan kamar-nya pun terletak tepat disamping dapur. Tidak ada hal lain yang saya lakukan di dapur selain menyimpan makanan di kulkas, memanaskannya, memasak telor atau indomie, dan mencuci piring.


Saya baru bisa memasak setelah saya nikah karena dituntut untuk bisa memasak. Sebenarnya bukan dituntut sih, tapi saya jadi merasa lebih bertanggung jawab menyediakan makanan untuk keluarga. Katering dan jajan makanan di luar terus-terusan rasanya sangat tidak berfaedah karena adanya hanya pemborosan semata. Akhirnya saya mulai mencari tahu resep makanan yang sederhana via internet. Setelah beberapa kali mencari dan mendapatkan logika memasak makanan ala Indonesia barulah saya menyadari kalau ternyata sederhana sekali konsepnya. Masakan Indonesia memiliki unsur utama tumisan bawang. Mulai dari masakan sederhana sampai yang tersulit bampir semua ada unsur menumis bawang, baik dalam bentuk cincangan atau halus. Sisanya ya tinggal komponen bumbu lain yang menyesuaikan.

Sebagai contoh, untuk menumis sayur cukup memumis perbawangan dan kemudian memasukkan sayuran yang sudah dicuci dan dipetik. Untuk opor, giling bumbu halus yang tentunya ada unsur bawang bersama bahan-bahan lain, kemudian tumis dengan dedaunan semacam sereh dan daun jeruk.  Masukkan ayam lalu ungkep. Masakan lain juga kurang lebih seperti itu, hanya kejelian kita mengatur racikan bumbu dengan jenis dan takaran yang pas.

Bersyukur, tampaknya saya menyadari bahwa indera perasa saya lumayan sensitif meski tidak terasah. Terkadang, saya bisa menebak bumbu apa saja yang digunakan pada suatu makanan. Saat saya mencoba mencari resep makanan yang hendak akan saya coba biasanya saya membaca singkat hanya untuk mendapatkan bumbu apa saja yang digunakan, komposisi kuantitasnya serta trik khusus jika tercantum. Kemudian saya menerka-nerka jumlah bumbu yang digunakan. Alhamdulillah sejauh ini hasilnya sukses.

Namun, saya sangat tidak suka memasak makanan yang meski cara masak dan bumbunya amat sederhana, tetapi yang disiapkan teramat banyak. Contohnya Selat Solo. Padahal, bumbunya hanya merica, garam, gula, ketumbar, kecap dan kaldu. Tapi, yang disiapkam meliputi telor pindang yang sebelumnya juga direbus dahulu, daging galantin, rebusan sayur, kentang san mustard jawa. Saya merasa tidak beres-beres menyiapkannya saat dulu memasaknya. Sebenarnya saya sudah kebayang bakalan repot, tetapi berhubung saya sedang “ngidam”, akhirnya saya terpaksa membuatnya.

Memasak itu menyenangkan, satu-satunya yang tidak menyenangkan adalah mencuci piring. Entah kenapa, meski masakan yang saya masak sederhana seperti tumis sayuran dan ikan goreng, pasti hasil cucian piringnya segambreng. Apalagi kalau saya masak makanan yang banyak persiapannya semacam selat Solo, wah, lenih-lebih lagi cucian piringnya. Oleh karena itu, apabila kami sedang yidak ada asisten rumah tangga, saya dan suami berbagi tugas, saya memasak dan suami mencuci piring. Alhamdulillah saat suami mampu ia sangat menyamggupinya. Suami saya juga tipe yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan rapi pula.

Tidak ada komentar